SELAYANG PANDANG GEREJA KATOLIK SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA NANGA PINOH A. Karya Misi Nanga Pinoh Dirintis oleh Para...
GEREJA KATOLIK
SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA
NANGA PINOH
A. Karya
Misi Nanga Pinoh Dirintis oleh Para Pastor SMM
Sejarah mewarnai peristiwa
keselamatan manusia. Sejarah menjadi saksi dari masa ke masa. Karena sejarah
mencatat peristiwa dan tokoh yang melahirkan pengetahuan dan tradisi. Itulah
salah satu motivasi penulisan sejarah Gereja Katolik Paroki Santa Perawan Maria
Diangkagt Ke Surga Nanga Pinoh. Pada mulanya Nanga Pinoh merupakan bagian dari
wilayah pastoral paroki Katedral Kristus Raja Sintang. Pelayanan pastoral
dimulai dengan kunjungan pastor Y. Linssen, SMM di Nanga Pinoh. Kunjungannya
ditanggapi oleh 18 orang yang mau belajar Agama Katolik. Maka mulailah proses
katekumenat terhadap delapan belas orang tersebut.
Delapan belas orang
tersebut ditambah dengan umat Katolik yang
baru pindah dari Singkawang menjadi umat
perdana bagi Gereja Katolik Nanga Pinoh. Proses peribadatan dimulai di sebuah
rumah keluarga Tionghoa yang bernama Antonius Djan Sui Tjin. Berkat kemurahan Tuhan, Gereja Muda ini
mendapatkan sebidang tanah yang diberikan oleh keluarga Khu Khim Lin untuk dijadikan
lokasi pembangunan Gereja. Tanah ini diperluas sedikit demi sedikit sehingga
layak menjadi lokasi Gereja. Kemudian dibangun sebuah Gereja dan pastoran kecil
yang terdiri dari tiga kamar di belakangnya. Perkembangan umat mulai nampak
sehingga Nanga Pinoh dijadikan paroki pada tanggal 15 Agustus 1949 dengan nama
pelindung Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga dan Passtor Y. Linssen, SMM
diangkat menjadi Pastor Paroki yang pertama.
Setelah tiga tahun menjadi
Pastor Paroki SPM Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh, Pastor Y. Linssen, SMM
mendapatkan tugas perutusan baru ke Putusibau Kapuas Hulu. Beliau kemudian
diganti oleh Pastor Schellart, SMM yang bertanggungjawab dengan wilayah Ella
Hilir dan Kayan; Pastor Van Cuyk, SMM bertanggung jawab dengan wilayah pastoral
Serawai; Pastor Bernard, SMM dan Pastor Eunen secara khusus berpastoral di
kalangan Etnis Tionghoa karena kefasihannya dalam bahasa China. Karena letaknya yang sangat strategis maka
Nanga Pinoh dijadikan pusat Misi di jalur Sungai Melawi dan Sungai Pinoh.
Perkembangan
paroki semakin pesat. Umat bertambah tetapi tenaga pastoral berkurang. Maka
datanglah para Suster dari SMFA pada
Tahun 1952 di Nanga Pinoh. Para Suster ini untuk sementara waktu memakai rumah
keluarga Ibu Antonia Tsung Khioek Moi. Adapun karya para Suster ini adalah kursus rumah tangga seperti
menyulam dan menjahit dan karya kesehatan dengan membuka klinik serta tourne ke
kampung-kampung. Lambat laun para Suster SMFA mengelola Asrama Putri yang
dampaknya sangat bagus bagi perkembangan gereja di Stasi-stasi.
Pada tahun 1954 Pastor
Schellart mudik ke sungai Pinoh dan Pastor Van Cuyk ke Kota Baru yang kemudian
akan menjadi cikal bakal stasi Kota Baru. Pada Tahun 1956 Pastor Eunen diangkat
menjadi Pastor Paroki dengan wilayah
pelayanan yang sangat luas yaitu Menukung, Ela Hilir, Belimbing, Kota Baru,
Sayan, Sokan, Dedai, Kayan Hilir dan Kayan Hulu. Umat semakin berkembang secara
kuantitas dan wilayah semakin luas, sementara tenaga Pastoral tidak memadai,
maka dibentuklah Dewan Pastoral Paroki yang pertama pada tahun 1969. Kesadaran
awam untuk terlibat dalam pelayanan pastoral
ditandai dengan munculnya tenaga sukarela sebagai katekis lokal seperti, Ibu
Cau Jin, Bapak Cu Khun Nyan. Mereka mengajar agama dalam bahasa China. Kemudian
muncul Katekis yang resmi diangkat yaitu Petrus Bon Bun Djong yang mengajar
agama dalam bahasa China.
Pada tahun 1972 Paroki
semakin menyadari pentingnya tenaga pastoral awam di kampung-kampung. Untuk
mewujudkan ide ini perlu didirikan asrama untuk menampung para pemuda yang mau
belajar di Nanga Pinoh. Maka pada tahun 1974 Asrama Putra didirikan di sekitar
lokasi Gereja. Mereka dipersiapkan
sebagai orang terpelajar tetapi juga bisa menjadi pemimpin yang cakap dan
disiplin. Para alumni Asrama ini baik yang melanjutkan sekolahnya maupun yang
terputus di tengah jalan ketika kembali ke masyarakat memberikan dampak positif
bagi perkembangan gereja hingga saat ini.
Perkembangan umat sudah pesat,
gereja pertama sudah tidak dapat menampung umat lagi sehingga Pastor Paroki
bersama DPP mempersiapkan pembangunan Gereja baru. Pembangunan Gereja dimulai
pada tahun 1975 dan berkat kerjasama umat dan Pastor Paroki, Gereja baru ini
selesai dibangun pada tahun 1976. Gereja
baru yang megah pada jamannya itu diresmikan dan diberkati oleh Pastor Swerts
yang bertindak sebagai Vikjen Keuskupan Sintang. Ketika pembangunan Gereja
usai, muncul kesadaran akan pentingnya
pastoral di bidang pendidikan. Maka Pastor bekerja sama dengan DPP
mendirikan Sekolah Menengah Pertama berbasis Katolik dengan nama SMP Setya
Budi. Sekolah ini menjadi salah satu kebanggaan yang dimiliki Gereja Katolik
SPM Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh sampai saat ini.
B.
Misionaris CM Berkarya di Nanga Pinoh
Kehadiran
para Pastor Kongregasi Misi (CM) di Melawi dimulai dengan kedatangan para
Misionaris yang berpindah tugas dari Misi Vietnam pada tahun 1976. Para
Misionaris yang datang adalah Pastor Jacques Gros CM, Pastor Gabriel Dethune
CM, Pastor V. Berset CM dan Pastor Crawford CM. Kemudian disusul misionari CM
dari Jawa yaitu Pastor Paulus Aryono CM dan satu tahun kemudian disusul oleh
Pastor Carlo Karyanto,CM. Para misionaris CM ini memilih kampung Bundao
Kecamatan Menukung sebagai pusat
pastoral.
Pada
tahun 1980 Paroki Nanga Pinoh yang sangat luas ini dimekarkan menjadi enam paroki
yaitu Paroki Belimbing; Paroki Kota Baru yang mencakup Sayan, Tanah Pinoh dan
Sokan; Paroki Ella Hilir, Paroki Menukung, Paroki Dedai, dan Kayan Hulu (Nanga
Mau). Sedangkan Kayan Hilir masih termasuk wilayah Paroki Nanga Pinoh. Dengan
adanya pemekaran Paroki, maka para pastor
CM yang tinggal bersama di Bundao mulai menempati wilayah pastoral yang
baru. Pastor Carlo Karyanto menjadi Pastor Paroki Ella Hilir; Pastor Gabriel Dethune CM menjadi pastor
paroki Menukung.
Pada
tahun 1981 Pastor Paroki Nanga Pinoh Pastor H.Van Cuyk, SMM yang sangat
dicintai oleh umatnya karena kefasihannya berbahasa China dipanggil oleh Tuhan.
Beliau dimakamkan di Pemakaman Katolik Nanga Pinoh dan setiap tahun umat
berziarah di makamnya. Kemudian beliau diganti oleh Pastor Swerts SMM yang
dibantu oleh Pastor Jacques Gros CM dan Pastor Vedastus Riky Pr. Pada Tahun
1984 Pastor Swerts SMM diganti oleh Pastor Niko Scheneiders SMM yang dibantu
oleh Pastor Jacques Gros CM dan Pastor Valentino Bosio CM. Dan setelah dua tahun menjadi
Pastor Paroki beliau diganti oleh Pastor
Paulus Aryono CM yang dibantu oleh Pastor Agus Sudaryanto CM.
Pada
tahun 1988 Pastor Paulus Aryono CM diganti oleh Pastor Agus Sudaryanto. Tetapi
karena Pastor Agus Sudaryanto mendapat penugasan baru ke Surabaya pada tahun
1991 maka terjadi kekosongan sehingga diisi sementara oleh Pastor Jacques Gros
CM yang dibantu oleh Pastor Bani Suatmadji CM. Namun tidak lama kemudian datang
pastor paroki baru yaitu Pastor Stefanus Prio Oetomo CM pada tahun 1992. Pada
tahun 1994 Pastor Prio mendirikan TK Bunda dan bercita-cita akan mendirikan SD
Swasta Katolik. Tetapi karena ada penugasan baru ke Jawa, kemudian beliau diganti oleh Pastor Aloysius
Budiyanto CM dan pengelolaan TK Bunda diserhkan kepada Suster Yosephin OSU.
Pada
tahun 1995 Paroki Nanga Pinoh dipimpin oleh pastor Aloysius Budiyanto CM.
Komitmennya untuk melanjutkan program pendahulunya bagi berdirinya sebuah
Sekolah Dasar Swasta Katolik menjadi kenyataan, yaitu dengan berdirinya SD Yos
Soedarso Nanga Pinoh pada tahun 1996. Dengan segala macam cara Pastor Budi
mulai merencanakan pembangunan Gedung SD Yos Soedarso. Dan dengan berkat Tuhan
akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1998 gedung baru SD Yos Soedarso Nanga Pinoh
diresmikan. Dalam menjalankan pelayanan pastoral Pastor Budi dibantu oleh
Pastor Martinus Prajaka CM yang mempunyai komitmen yang cukup tinggi bagi
pelayanan umat di stasi-stasi serta kelompok Kategorial yang ada di pusat
paroki. Pada tahun 1999 Pastor Aloysius Budiyanto CM diganti oleh Pastor
Antonius Sapta Widada CM.
Dalam usianya yang ke-50,
paroki yang berlindung kepada Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh
ini telah memiliki 38 stasi dan enam lingkungan di Pusat Paroki. Paroki yang
telah melahirkan enam paroki baru ini ditinggalkan oleh Pastor Antonius Sapto
Widodo CM pada tahun 2001 sehingga untuk sementara roda pastoral dipimpin oleh
Pastor Petrus Kukuh Dono Budono CM dan Pada tahun 2002 Paroki Nanga Pinoh mulai
dipimpin oleh Pastor Markus M Hardo Iswanto CM yang dibantu oleh Pastor
Stephanus Sunaring CM.
Dalam pastoral, kedua Pastor
ini melibatkan tenaga awam dari pusat paroki untuk melakukan tourney ke
kampung-kampung terutama pada masa Adven, Natal, Prapaskah dan Pekan Suci. Sehingga
menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi umat sampai saat ini. Dalam bidang
pembangunan fisik beliau membangun gedung lokamas secara permanen yang menjadi
salah satu tempat favorit untuk melakukan berbagai kegiatan baik di kalangan
umat Katolik maupun masyarakat umum di Nanga Pinoh dan sekitarnya. Pada tahun
2005 kedua Pastor ini mengakiri masa
pelayanannya di paroki ini karena adanya kebijakan keuskupan dengan pimpinan CM
yang menyerahkan pelayanan pastoral paroki kepada para Pastor Projo Keuskupan
Sintang.
C. Karya
Pastoral Diserahkan kepada Imam Projo
Keuskupan mengangkat Pastor
Piet Apot, Pr menjadi Pastor Paroki. Fokus perhatiannya adalah pemberdayaan
umat. Beliau mulai memotivasi umat paroki yang potensial untuk mengikuti
berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh keuskupan dan menggerakan pertemuan
atau pelatihan bagi pengurus Gereja Stasi, sehingga mereka dapat memimpin ibadat dengan baik di stasinya masing-masing.
Salah satu karya pastoral inovatif yang digagas Pastor Piet adalah Katekumen
Imlek. Katekumen Imlek adalah sebuah program paroki yang kontekstual untuk melayani masyarakat Tionghoa yang
berada di Nanga Pinoh yang merasa terpanggil untuk menjadi orang Katolik. Setelah
mereka dipersiapkan selama sepuluh kali pertemuan oleh Seksi Pewartaan, para katekumen
dibaptis pada Misa Syukur Imlek.
Setalah dua tahun berkarya sebagai Pastor Paroki, Pastor
Piet Apot bersama DPP merencanakan pembangunan Gereja Baru. Pembangunan dimulai
dengan penggalangan dana dari umat paroki. Penggalangan dana berjalan dengan
lancar tetapi memang belum seimbang dengan gambaran Gereja yang ingin dibangun.
Bersamaan dengan itu Pastor Piet Apot juga membangun beberapa Gereja Stasi,
Gedung TK Bunda, Gedung SD Yos Sudarso yang memakan banyak energi, waktu dan
dana. Maka proses pembangunan Gereja Paroki terus ditunda. Tetapi pada tahun
2014 titik awal pembangunan dimulai dengan membongkar Gereja Lama dan
menggunakan Gedung Lokamas sebagai Gereja Sementara.
Dalam proses perkembangan selanjutnya atas pertimbangan yang diberikan oleh konsultan, pembangunan Gereja tidak dilakukan di lokasi Gereja Lama, tetapi di tempat yang sekarang. Maka perlu waktu lagi untuk membersihkan lahan yaitu dengan membongkar pastoran, lokamas dan sebagian gedung SD Yos Sudarso. Maka pada tahun 2016 peletakan batu pertama pembangunan Gereja yang baru dimulai. Pembangunan tahap pertama berlangsung satu tahun dan pada tahun 2017 Pastor Piet Apot setelah dua belas tahun berkarya di Nanga Pinoh akhirnya pindah ke paroki yang baru. Selama berkarya di Nanga Pinoh Pastor Piet pernah ditemani oleh Pastor Matheus Rampai Pr, Pastor Salesius Jeratu Pr, Pastor Markus Kornelius Marhusen Pr, Pastor Gabriel Dwiatmoko Heri Purwanto Pr dan Pastor Markus Soje Pr.
Dari
tahun 2017 Paroki SPM Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh dipimpin oleh RD. Markus
Suwito Mantiri yang dibantu oleh RD. Andreas Puan dan RD. Yoseph Dosi M. Fokus
perhatian Pastor Markus Suwito adalah melanjutkan pembangunan Gereja Paroki, SD
Yos Sudarso dan beberapa Gereja Stasi. Dengan berbagai macam cara Pastor Wito
menggerakkan donasi dari umat dan juga dari Pemerintah Daerah. Puji Tuhan dalam
tempo tiga tahun beberapa pekerjaan besar itu hampir tuntas dikerjakan berkat
kerja sama para pastor dengan umat paroki.
Dalam melanjutkan pembangunan
Gereja Paroki, Pastor Markus Suwito mempunyai perhatian yang sangat besar
terhadap pembangunan interior Gereja. Dengan berbagai macam referensi yang
dicari akhirnya beliau memutuskan untuk memilih desain interior gaya Gotik.
Patung Dua Belas Rasul dan Empat Pengarang
Injil menjadi simbol suci yang menghiasi interior Gereja. Altar, Ambo dan Meja
Kreden dibuat dari Kayu Jati tua yang dipesan dari Jepara Jawa Tengah. Satu harapan dan
keyakinan bahwa umat yang datang berdoa dan mengikuti Perayaan Ekaristi di
Gereja ini merasakan keagungan Tuhan sehingga menikmati keheningan dan
ketenangan bathin.
Selain itu Pastor Markus Suwito juga mempunyai komitmen untuk menjalankan manajemen pastoral dengan administrasi paroki yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal itu dimulai dengan pertemuan Pengurus DPP untuk merumuskan Program Kerja, pelatihan pembukuan sederhana kepada DPP Harian dan Pengurus Stasi, Sistem Pelaporan Keuangan secara rutin dalam rapat DPP Harian dan laporan administrasi rutin dari Sekretaris Paroki kepada Pastor Paroki setiap Minggu. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menjadikan Paroki Nanga Pinoh menjadi paroki model dalam hal administrasi paroki.
D. Mitra
Pastoral Gereja Paroki
Dalam menjalankan reksa
pastoral, Paroki Nanga Pinoh mempunyai mitra pastoral. Adapun Mitra Pastoralnya adalah Susteran ALMA, Susteran Ursulin dan Komunitas CM. Susteran
ALMA berusaha menampilkan wajah Gereja yang penuh belas kasih kepada kaum
marginal terutama mereka yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu para Suster
mendirikan SLB dan perawatan kepada mereka yang berkebutuhan khusus. Selain itu
Para Suster ALMA juga terlibat aktif dalam pelayanan pastoral di kampung-kampung
dan di Gereja-Gereja Lingkungan Pusat
Paroki.
Kedua, Komunitas Ursulin.
Para suster Ursulin secara konsisten sejak awal
mengambil bagian dalam pelayanan gereja di bidang pendidikan. Dimulai
dengan keterlibatan dalam mengelola TK Bunda, Asrama Putri yang mempersiapkan
generasi muda yang berkualitas dan SMA Santa Maria yang menjadi sekolah tujuan
karena kualitasnya. Selain itu para suster juga mengambil bagian dalam
pelayanan pastoral ke Gereja-Gereja Stasi dan Lingkungan.
Ketiga, Komunitas CM.
Komunitas CM Nanga Pinoh mengelola Rumah
Retret, Asrama dan tempat pemberdayaan
Sumber Daya Manusia. Maka selain melayani pembinaan rohani, Komunitas CM Nanga
Pinoh juga sering menyelenggarakan pelatihan dan pemberdayaan bagi masyarakat
kampung. Para Pastor CM yang berkarya di Nanga Pinoh juga mengambil bagian dalam
pelayanan rohani umat Paroki Nanga Pinoh dalam Perayaan Ekaristi.
E. Refleksi:
Belajar pada Sejarah
Sejarah Gereja Nanga
Pinoh adalah catatan perjalanan yang
menjadi saksi perkembangan Gereja kita dari waktu ke waktu. Dalam sejarah itu
terlihat dengan jelas pelayanan tanpa pamrih dan penuh cinta dari para
Misionaris yang disambut dengan tulus
oleh umat. Maka terbangunlah Gereja Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Nanga
Pinoh pada tahun 1949. Perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Allah yang diumpamakan
dengan biji sesawi menjadi nyata dalam perkembangan Gereja kita. Dari 18 orang
di tahun 1949 kini menjadi puluhan ribu jumlah umat Katolik di Melawi. Inilah
kuasa Roh Kudus yang menyertai GerejaNya sampai akhir jaman.
Dari sejarah, kita melihat
Gereja berkembang dengan pewartaan yang tiada henti baik dari para imam, biarawan/wati
dan juga kaum awam. Perkembangan Gereja ditopang dengan pendidikan baik formal
maupun nonformal. TK Bunda, SD Yos Sudarso, SMP Setya Budi dan SMA Santa Maria
adalah kekayaan Gereja yang membuat Gereja semakin berkualitas. Selain itu
kehadiran Asrama baik yang dikelola oleh paroki, Pastor CM maupun para suster
adalah media pastoral yang sangat bermanfaat untuk mempersiapkan tenaga
pastoral sederhana di kampung-kampung.
Gereja Kecil yang dibangun pada tahun 1949 diganti dengan gereja yang lebih memadai pada tahun 1976. Empat puluh lima tahun kemudian gereja yang dianggap megah pada jamannya itu diganti dengan Gereja yang lebih Megah. Itulah Gereja kita yang sekarang. Gereja ini dibangun dari harapan, cinta dan kerja sama. Kemegahanannya semoga mengungkapkan militansi kekatolikan kita yang kompak dan kokoh. Trima kasih Tuhan untuk berkatMu bagi Gereja kami Gereja Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga Nanga Pinoh.
COMMENTS